Ban Mobil Digembosi Pencuri Gigit Jari

8 Okt 2012




Pagi yang berkah. Hari itu adalah hari pertama ‘asyrul awakhir (sepuluh hari terakhir) di bulan Ramadhan 1433 Hijriyah. Mat Bulbit berangkat dari rumah ke kantor dengan penuh rasa syukur karena dia baru saja mengkhatamkan Al-Qur’an yang kedua kalinya di bulan yang penuh rahmat itu. Baginya, sesungguhnya ini adalah penurunan prestasi, karena menjelang ‘asyrul awakhir Ramadhan tahun lalu, Mat Bulbit mampu mengkhatamkan Al-Qur’an tiga kali. Meski demikian, ia tetap besyukur.
Sudah menjadi kebiasaan, tatkala mesin mobil dihidupkan, tilawah Al-Qur’an yang dilantunkan Syeikh Maher al-Muaiqly langsung terdengar dari CD yang terpasang di dalam tape mobilnya. Tak lupa Mat Bulbit membaca doa safar, yaitu doa orang yang hendak melakukan perjalanan di darat , di laut, atau di udara dengan pesawat terbang. Dengan doa itu, dia berharap Allah Swt. melindunginya dari segala hal yang tidak diinginkan selama dalam berjalanan, hingga selamat sampai ke tempat tujuan. 
Mat Bulbit menikmati lantunan tilawah sambil mengendarai mobil. Ia sengaja melakukannya untuk menjaga hafalan beberapa surat Al-Qur’an agar tidak lepas dari kepalanya. 
Syukur, pagi itu jalan yang dilalui Mat Bulbit lebih lancar dari biasanya. Hal itu mungkin disebabkan sebagian pengguna jalan sudah ada yang pulang kampung alias mudik. Menjelang perempatan menuju jalan tol lingkar luar Jakarta (JORR), Mat Bulbit merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan mobilnya. Ternyata ban mobil depan sebelah kanan kempes.
Mat Bulbit menepi, tapi tidak langsung turun dari mobilnya. Dua orang pengendara sepeda motor yang berboncengan sempat berhenti beberapa saat di samping kanan mobil dan memperhatikan Mat Bulbit dari arah luar. Mat Bulbit pun sempat beradu pandang dengan kedua pengendara motor itu. Namun, dia tidak merasakan sesuatu yang aneh.
Mat Bulbit lalu turun dari mobil dan langsung menguncinya. Sejenak ia memperhatikan ban mobilnya yang kempes. Waktu itu, suasana lalu lintas mulai ramai, tapi tetap lancar. Di tengah kebingungan dan kegundahannya, seorang lelaki tua menyapa Mat Bulbit.
“Hati-hati pak, sepertinya ada orang yang membuat ban mobil bapak kempes,” sapanya.
“Iya pak, baru kali ini ban mobil saya kempes,” jawab Mat Bulbit sambil memperhatikan peringatan lelaki tua tadi.
Mat Bulbit teringat kejadian yang menimpa teman sekantornya setahun lalu. Waktu itu, temannya baru saja berangkat dari rumah di Bogor hendak ke kantor. Selepas lampu merah Cimanggu, tiba-tiba ada pengendara sepeda motor yang memberitahu kepada sopirnya bahwa ban mobil kempes. Sang sopir langsung menepi dan turun dari kendaraan. Teman Mat Bulbit ikut turun. Celakanya sang sopir tidak mengunci pintu mobil. Mungkin dia menganggap hal itu kejadian biasa saja.
Sementara sang sopir sibuk mengganti ban mobil yang kempes dengan ban serp, teman Mat Bulbit disibukkan oleh beberapa orang yang mengajaknya berbicara, sehingga tak sempat memperhatikan mobilnya. Mungkin teman Mat Bulbit juga tidak menangkap hal-hal mencurigakan di sekitar tempat kejadian.
Setelah selesai mengganti ban, sang sopir mempersilahkan teman Mat Bulbit masuk ke mobil untuk melanjutkan perjalanan ke kantornya di Jakarta. Beberapa saat kemudian, teman Mat Bulbit baru menyadari bahwa tas kerja yang berisi laptop dan uang sudah lenyap dari tempatnya.
Musibah yang menimpa temannya makin membuat Mat Bulbit waspada. Sambil menanggapi pembicaraan lelaki tua tadi, pandangan Mat Bulbit tak lepas sedikit pun dari mobilnya. Baru saja ia hendak mencari bantuan, tiba-tiba lelaki tua itu berkata, “Pak, itu di seberang jalan kan bengkel tambal ban.”
Mat Bulbit langsung mengarahkan pandangannya ke seberang jalan yang ditunjuk lelaki tua tadi. Dan , subhanallah, ternyata benar. Di seberang jalan tempat mobil Mat Bulbit berhenti ada bengkel tambal ban. Alhamdulillah, wajah Mat Bulbit sumringah. Ia tidak menduga sama sekali bahwa di seberang jalan tempat ia menghentikan mobilnya ada bengkel tambal ban. Berkali-kali Mat Bulbilt mengucap alhamdulillah. Di tengah musibah, ternyata Allah memberi jalan keluar. “Ini adalah salah satu kebesaran bulan Ramadhan,” pikir Mat Bulbit.
Tanpa membuang-buang waktu, Mat Bulbit langsung memanggil pemilik bengkel dengan sapaan khas orang Sumatera Utara. “Lay, tolong dong, ban mobil saya kempes,” teriak Mat Bulbit sambil memberi isyarat dengan tangan kanannya.
Mat Bulbit sengaja tak mau meninggalkan mobilnya lantaran khawatir bahwa kejadian yang sedang dialami adalah modus yang sama dengan yang menimpa temannya setahun lalu. Pemilik bengkel menghampiri Mat Bulbit dan langsung bekerja melepas ban mobil yang kempes.
Ada pemandangan agak aneh yang ditangkap Mat Bulbit dari sosok si pemilik bengkel. Waktu itu si pemilik bengkel sudah bersiap-siap hendak membawa ban mobil yang kempes ke bengkelnya yang terletak di seberang jalan dengan cara digelindingkan. Tapi dia tak langsung menyeberang, padahal waktu itu lalu lintas kendaraan sedang sepi. Sang pemilik bengkel berdiri beberapa menit di samping Mat Bulbit sambil mengerak-gerakkan pinggangnya ke kanan dan ke kiri seperti orang yang sedang berolah raga. Akal Mat Bulbit mulai bekerja dan mencoba merangkai kejadian demi kejadian. Mulai dari ban kempes, dua orang pengendara sepeda motor yang memperhatikannya, orang tua yang mengajaknya berbicara, hingga pemilik bengkel yang bertingkah agak aneh. Tapi Mat Bulbit belum melihat bahwa semua kejadian itu hasil rekayasa atau sengaja diciptakan oleh seseorang.
Pandangan Mat Bulbit tetap fokus pada mobilnya. Tak ada tanda-tanda mencurigakan. Pemilik bengkel sudah menyeberang sambil menggelindingkan ban mobil yang kempes. Mat Bulbit tetap menunggui mobilnya sambil memperhatikan pemilik bengkel. Lelaki tua terlihat sedang duduk di sebuah kursi panjang sambil mengelus-elus seekor kucing yang ada di sampingnya. Mat Bulbit menghampiri lelaki tua itu dan mengajaknya bicara, “Terima kasih pak sudah membantu saya memberi tahu bengkel tambal ban. Saya tidak menyadari bahwa di seberang jalan sana ada bengkel tambal ban,” ujar Mat Bulbit.
“Sama-sama pak,” jawab lelaki tua singkat. “Bapak baru dari bank ya,” sambungnya.
“Tidak. Saya dari rumah pak,” jawab Mat Bulbit. “Memangnya kenapa pak,” lanjut Mat Bulbit menyelidik.
“Soalnya kejadian seperti ini seringkali bukan kejadian biasa, tapi modus yang dilakukan oleh orang-orang yang hendak melakukan pencurian,” jelas lelaki tua.
Belum sempat Mat Bulbit menimpali pembicaraan lelaki tua, tiba-tiba dari seberang jalan pemilik bengkel memanggilnya dengan melambai-lambaikan tangan.
“Kenapa Lay, tanya Mat Bulbit,” dari seberang jalan. Si pemilik bengkel kembali melambai-lambaikan tangan meminta Mat Bulbit menghampiri.
Mat Bulbit menghampiri si pemilik bengkel yang sedang memeriksa ban, lalu berjongkok. “Kenapa Lay,” tanya Mat Bulbit.
“Pak, ban mobil bapak ada yang bikin kempes,” bisik pemilik bengkel sambil memperlihatkan paku yang baru saja dicabutnya dari ban mobil.
“Pak, ini paku bukan sembarang paku, tapi paku yang sengaja dibuat khusus dari besi kerangka payung untuk menggembosi ban mobil,” lanjut pemilik bengkel menjelaskan.
“Ooh, begitu...” seru Mat Bulbit singkat.
“Tadi ada tiga orang dengan dua sepeda motor sudah siap-siap melakukan aksi pencurian terhadap mobil bapak,” tambah pemilik bengkel.
“Dimana orangnya Lay?” tanya Mat Bulbit.
“Tadi berdiri tidak jauh dari posisi bapak. Tapi sekarang sudah pergi,” jawab pemilik bengkel.
Mat Bulbit terkejut. Ia langsung berdiri dan bergegas kembali mendekati mobilnya. Tak lama kemudian pemilik bengkel sudah menyelesaikan pekerjaannya dan memasangkan ban mobil itu pada mobil Mat Bulbit. Setelah membayar dan mengucapkan terima kasih pada pemilik bengkel, Mat Bulbit lalu melanjutkan perjalanan ke kantornya. Tak lupa ia pun mengucapkan terima kasih kepada lelaki tua yang telah membantu menunjukkan bengkel tambal ban.
Di tengah perjalanan, Mat Bulbit me-review semua kejadian yang baru dialaminya. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan pelajaran. Pertama, bulan Ramadhan adalah bulan ibadah, bulan tempat umat Islam melakukan kebaikan-kebaikan. Allah Swt. tidak rela bila ada orang melakukan kezaliman di bulan tersebut. Maka Allah menggagalkan orang-orang yang hendak melakukan pencurian.
Kedua, setelah direnungkan ternyata tindakan pemilik bengkel yang berdiri menggerak-gerakkan pinggangnya ke kiri dan ke kanan dan tidak langsung membawa ban mobil ke bengkelnya, ternyata itu adalah sebuah upaya si pemilik bengkel untuk mengulur-ulur waktu agar Mat Bulbit tidak meninggalkan mobilnya dan mengikuti si pemilik bengkel. Karena kalau si pemilik bengkel langsung menyeberang dan Mat Bulbit mengikutinya, maka bukan tidak mungkin ketiga orang pengendara sepeda motor yang sudah siap beraksi dapat dengan leluasa melakukan tindakan pencurian dengan cara memecah kaca mobil Mat Bulbit.
Ketiga, jangan lupa berdoa setiap melakukan aktivitas. Karena setiap doa akan didengar dan dikabulkan oleh Allah Swt. Dalam kasus ini, Allah Swt. mengabulkan doa safar yang dilantunkan Mat Bulbit dan menyelamatkannya dari kejahatan orang-orang yang hendak berbuat jahat. (Agustus 2012).

0 comments:

Posting Komentar

 
Syamsu Hilal © 2011 | Dikunceni Kang Zack, Kunjungi Juga Suswono, Kementan dan Atang Trisnanto