Kemuliaan Penghafal Al-Qur`an

24 Okt 2012

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur`an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS Al-Hijr: 9).
Namanya Abdullah bin Muhamad Jabr. Lahir di Kota Wadi Jadid Mesir 29 Syawal 1405 H (7 Juli 1985). Dia selesai menghafal Al-Qur`an ketika berusia 7 tahun 2 bulan 3 hari, tepatnya pada tanggal 10 September 1992.
Setelah itu, Abdullah menghafal Hadits Asy-Syarif dimulai dengan menghafal Arbain Nawawi. Selanjutnya pada 6 Juli 1994, ia menyelesaikan hafalan kitab Al-Lu`lu-u wal Marjan yang direkomendasi oleh Syeikh Bukhari-Muslim. Abdullah terus berpacu dengan waktu, ia pun berhasil menghafal Mukhtashar Shahih Bukhari yang disusun oleh Az-Zabidi dan menghafal Mukhtashar Shahih Muslim yang disusun oleh Munziri. Selanjutnya berturut-turut, Abdullah menghafal Matan Bikuniyah dalam Ilmu Hadits; menghafal Manzuma Sullamul Wushul ila ‘Ilmil Ushul. Saat ini Abdullah sedang menghafal Matan Syatibiyah dalam Qira`at Sab’ah dan telah selesai dua pertiganya. Abdullah mulai belajar berkhutbah sejak usia delapan tahun di bawah asuhan Syeikh Mahmud Gharib.
Abdullah memperoleh beberapa penghargaan, di antaranya,  penghargaan dari Lembaga Sastra di Mekkah melalui Rektor Universitas Umul Qura, Syeikh Rosyid Ar-Roji. Abdullah juga mendapat penghargaan dari Syeikh Ahmad Muro’i ketika berusia 9 tahun. Menjadi juara pertama dalam musabaqah hadits di Mesir dan mendapat penghargaan dari Kementrian Wakaf Mesir. Juga mendapat penghargaan dari presiden Mesir pada bulan September 1995. Mendapat penghargaan dari Syeikh Al-Azhar Syeikh Jadul Haq Ali Jadul Haq dan dibebaskan dari kelas 6 Ibtida’iyyah Al-Azhar. Mendapat penghargaan dari Abdurrahman Faqih berupa sehelai kiswah Ka,bah. Mendapat penghargaan dari Syeikh Abdullah Turki, Menteri Urusan Islam Saudi Arabia.
Abdullah tidak sendiri dan bukan anak ajaib. Sebab, para ulama terdahulu banyak yang hafal Al-Qur`an di usia muda. Dr. Yusuf al-Qaradhawi hafal Al-Qur`an belum genap usia sepuluh tahun. Di Bangladesh, seorang anak telah hafal Al-Qur`an pada usia sembilan tahun. Beberapa tahun lalu, seorang anak Iran berusia tujuh tahun yang bernama Sayyid Muhammad Husain ath-Thababai mencengangkan semua orang dengan hafalan Al-Qur`an disertai dengan pemahamannya yang mendalam. Yusuf al-Qaradhawi pernah mengujinya, dan ternyata memang mengagumkan.
Sungguh beruntung Muhamad Jabr, orangtua Abdullah. Beruntung pula para orangtua yang mendidik anak-anaknya menjadi anak yang shaleh, menjadi penghafal Al-Qur`an (hafizhul Qur`an). Para penghafal Al-Qur`an adalah “kaki-tangan” Allah di bumi dalam menjaga Al-Qur`an dari orang-orang jahil, karena Allah telah berjanji akan memelihara Al-Qur`an dengan kekuasan-Nya.
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur`an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS Al-Hijr: 9).
Allah Swt. telah menjamin pemeliharaan Al-Qur`an dengan ungkapan yang sangat tegas. Penegasan itu tampak dalam penggunaan jumlah ismiyah (kata benda), dalam kata inna, dan dengan huruf lam dalam kata lahaafizhuun. Dan di antara perangkat untuk memeliharanya adalah menyiapkan orang yang menghafalnya pada setiap generasi.
Muhammad Jabr dan para orangtua lainnya yang menginginkan anak-anaknya menjadi “pegawai” Allah tentu tidak sama dengan para orangtua yang mendambakan anak-anaknya menjadi bintang AFI atau Bintang Cilik di televisi. Meski sama-sama bangga, tetapi kebanggaan mereka pasti berbeda. Meski sama-sama menumpahkan tangis bahagia tetapi tangis bahagia mereka tentu berbeda. Karena nawaitu mereka berbeda. Doa-doa yang mereka panjatkan juga berbeda. Maka hasil akhir yang diterima para orangtua itu pun berbeda-beda. Perbedaan itu ada pada nuansa ukhrawi dan duniawi.
Para orangtua yang menyerahkan anak-anaknya untuk mengabdi kepada Rabb semesta alam telah mengambil langkah tepat. Mereka telah menanam pohon yang bermanfaat bagi Islam, dakwah, dan umat manusia. Mereka telah menginvestasikan hartanya pada perusahaan Allah. Kelak, pasti Allah Swt. akan memberikan devidennya yang sangat besar. Yang besarnya tak pernah mereka bayangkan.
Mereka telah memilihkan untuk anak-anaknya orang-orang shaleh, lingkungan yang baik, serta menjauhkannya dari teman-teman yang jahat. Kelak, setiap kebaikan yang keluar dari anak-anak mereka yang shaleh dan bermanfaat bagi Islam, dakwah, dan umat manusia akan menambah berat timbangan kebaikannya di yaumil hisab. Mereka akan terheran-heran, surprise, dan bertanya-tanya, apa gerangan yang membuat timbangan kebaikannya jauh melebihi perkiraan dirinya?
“Sesungguhnya akan didapati (di hari kiamat) seseorang yang diangkat derajatnya di surga, sedangkan ia bertanya-tanya, ‘Mengapa saya bisa begini?’ Maka dikatakan kepadanya, ‘Itu karena istighfar anakmu yang ia tujukan buatmu’” (HR Ahmad dan Al-Albani).
Para orangtua yang anak-anaknya menjadi penghafal Al-Qur`an akan mendapatkan tambahan nikmat lantaran kemuliaan anak-anak mereka.
“Siapa yang membaca Al-Qur`an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari. Dan Kedua orangtuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, ‘Mengapa kami dipakaikan jubah ini?’ ‘Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur`an’” (HR Hakim).
Di dunia, Rasulullah Saw. memberikan penghormatan kepada para penghafal Al-Qur`an. Ketika Nabi Saw. mengutus sekelompok orang, beliau mengecek kemampuan membaca dan hafalan Al-Qur`an mereka. Setiap laki-laki ditanya berapa banyak hafalan Al-Qur`an mereka. Kemudian yang paling muda ditanya oleh Rasulullah Saw., “Berapa banyak Al-Qur`an yang telah engkau hafal?” Ia menjawab, “Aku telah hafal surat ini dan surat itu, serta surat Al-Baqarah.” Rasulullah Saw. kembali bertanya, “Apakah engkau hafal surat Al-Baqarah?” Ia menjawab, “Betul.” Rasulullah Saw. bersabda, “Berangkatlah dan engkau menjadi ketua rombongan. Salah seorang dari mereka  berkata, “Demi Allah, aku tidak mempelajari dan menghafal surat Al-Baqarah semata-mata karena aku takut tidak dapat mengamalkan isinya.” Mendengar komentar itu, Nabi Saw. bersabda,
“Pelajarilah Al-Qur`an dan bacalah, sesungguhnya perumpamaan orang yang mempelajari Al-Qur`an dan membacanya seperti tempat air yang terbuka penuh dengan minyak wangi misik, harumnya menyebar ke mana-mana. Dan siapa yang mempelajarinya kemudian ia tidur dan di dalam hatinya terdapat hafala Al-Qur`an adalah seperti tempat air yang tertutup dan berisi minyak wangi misik” (HR Tirmizi).
Ketika meninggal dunia, Rasulullah Saw. juga mendahuluka orang yang menghafal Al-Qur`an lebih banyak daripada yang lainnya, seperti yang terjadi ketika beliau mengurus para syuhada Perang Uhud.
Di akhirat, Allah Swt. memuliakan para penghafal Al-Qur`an. Ketika ash-habul yamin dimasukkan ke dalam surga, kemudian Allah Swt. menempatkan mereka pada tempat yang sesuai dengan amal kebaikan mereka di dunia, maka Allah Swt. memanggil dan mengumpulkan para penghafal Al-Qur`an. Mereka diperintahkan agar mengumandangkan ayat-ayat suci Al-Qur`an yang telah mereka hafal di dunia. Bersamaan dengan lantunan ayat-ayat Al-Qur`an masing-masing mereka terangkat kedudukannya di surga. Kedudukan mereka di surga akan terus meningkat sampai akhir ayat yang mereka hafal. Semakin banyak hafalan Al-Qur`annya, semakin tinggi kedudukannya di surga. Rasulullah Saw. bersabda,
“Dikatakanlah kepada para penghafal Al-Qur`an, ‘Bacalah dan tinggikan suaramu. Kumandangkanlah Al-Qur`an sebagaimana kamu dulu mengumandangkannya di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu di surga terletak pada akhir ayat yang kamu baca’” (HR Abu Dawud dan Ahmad).
Dalam kitab Dailul Falihin (III/494) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Shahibul Qur`an dalam hadits tersebut adalah orang yang menghafal seluruh Al-Qur`an (30 juz) atau sebagiannya dengan mengharap ridha Allah Swt.
Pada kesempatan Ramadhan yang mulia ini, marilah kita mulai proyek menghafal Al-Qur`an. Mulailah dari yang mudah, seperti juz ‘Amma. Jangan lihat tebalnya Al-Qur`an, akan tetapi syukurilah setiap huruf dan ayat yang tersimpan dalam dada. Rasulullah Saw. berjanji bahwa setiap huruf Al-Qur`an yang dibaca dan dihafal akan mendapatkan sepuluh kebaikan. Sedangkan yang bacaan Al-Qur`annya masih terbata-bata akan mendapatkan dua kebaikan. Dan di hari kiamat nanti, Al-Qur`an akan memberikan syafa’at kepada para penghafalnya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.,
“Penghafal Al-Qur`an akan datang pada hari kiamat, kemudian Al-Qur`an akan berkata, ‘Wahai Tuhanku, pakaikanlah pakaian untuknya.’ Kemudian orang itu dipakaikan mahkota kehormatan. Al-Qur`an kembali meminta, ‘Wahai Tuhanku tambahkanlah.’ Lalu orang itu dipakaikan jubah kehormatan. Kemudian Al-Qur`an memohon lagi, ‘Wahai Tuhanku, ridhailah dia.’ Allah Swt. pun meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, ‘Bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga).’ Allah Swt. menambahkan dari setiap yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan” (HR Tirmizi).
Janganlah menjadi orang yang ketika kembali kepada Allah, tidak ada satu ayat Al-Qur`an pun di dalam dadanya. Orang yang seperti itu, kata Rasulullah Saw. seperti rumah kumuh yang hampir roboh. Lemah dan tidak ada harganya. Loyo ketika yang lainnya ceria menanti-nanti nikmat dari Sang Maha Pencipta.
“Orang yang tidak mempunyai hafalan Al-Qur`an sedikit pun seperti rumah kumuh yang hampir runtuh” (HR Tirmizi dari Ibnu ‘Abbas). Wallahu a’lam bishshawab.

0 comments:

Posting Komentar

 
Syamsu Hilal © 2011 | Dikunceni Kang Zack, Kunjungi Juga Suswono, Kementan dan Atang Trisnanto