Siapa Tidak Melayani, Maka Tidak Akan Dilayani

23 Okt 2012

Sebagaimana biasa, pagi itu Mat Bulbit mengendarai mobilnya ke kantor. Saat memasuki jalan tol, tiba-tiba handphone-nya berdering. Ada panggilan dari seorang teman. Mat Bulbit sudah dapat menduga apa yang ingin disampaikan temannya. “Hmm...paling juga nanyain proyek bantuan sosial,” ucap Mat Bulbit dalam hati. Dugaan Mat Bulbit mungkin benar, karena bulan lalu temannya itu pernah menelpon dan minta proyek bantuan sosial kepada Mat Bulbit. Waktu itu Mat Bulbit menyarankan kepada temannya agar mengajukan proposal. HP Mat Bulbit kembali berdering, tapi ia tidak mau mengangkatnya.
Dalam hati, sesungguhnya Mat Bulbit ingin mengangkat panggilan telpon tersebut, karena meski sedang berkendaraan, tentu ia masih bisa menerima telpon. Namun, ketika ia ingin mengangkat telpon, dari sisi sebelah kiri hatinya muncul bisikan. “Sudahlah, tak perlu diangkat telpon itu. Toh, kamu sedang menyetir. Nanti bahaya. Apalagi, ada aturan larangan menelpon selagi berkendaraan. Kamu juga sudah tahu bahwa yang akan dibicarakan temanmu itu pasti akan membuatmu repot dan nambah kerjaan.” Akhirnya Mat Bulbit mengikuti bisikan hatinya.
Setibanya di kantor, Mat Bulbit merenung. Ada perasaan bersalah lantaran ia telah mengecewakan seorang teman yang mungkin memerlukan bantuannya. Tak lama kemudian, handphone-nya berdering kembali. Dua kali HP-nya memanggil. Mat Bulbit terdiam. Hatinya gundah. Di satu sisi ia merasa tidak enak lantaran telah mengecewakan teman, sementara di sisi lain ia sudah tahu apa yang ingin disampaikan temannya lewat telpon. “Kamu itu sekarang sedang banyak kerjaan yang belum selesai, sementara temanmu itu pasti akan menambah kesibukanmu, karena kamu harus menindaklanjuti permintaannya,” bisik hatinya lagi. Mat Bulbit membiarkan panggilan telponnya hingga berhenti.
Beberapa saat kemudian Mat Bulbit mengirim pesan BBM kepada istrinya untuk menanyakan sesuatu. Sambil menunggu balasan dari sang istri, ia mulai mengeluarkan laptop dan mulai mengerjakan tugas-tugas kantor. Beberapa menit berlalu, balasan BBM dari sang istri belum juga ada. Mat Bulbit kembali mengirim pesan kepada istrinya lewat SMS ke nomor yang lain. Juga tak ada balasan. Mat Bulbit heran, karena biasanya istrinya selalu cepat membalas BBM atau SMS yang ia kirim. Ia pun mengirim beberapa pesan lagi melalui BBM dan SMS. Belum juga ada balasan. Mat Bulbit makin penasaran. Lalu ia menelpon langsung istrinya. Panggilan pertama tidak diangkat. Begitu juga panggilan kedua dan ketiga tidak diangkat. Mat Bulbit mulai kesal. Banyak pikiran berseliweran di kepalanya. Mulai dari khawatir kalau-kalau istrinya sakit, hingga pikiran jangan-jangan istrinya sedang marah lantaran sebulan terakhir ini ia sering tugas ke luar kota.
Selepas Zhuhur, Mat Bulbit memutuskan untuk pulang karena khawatir terjadi sesuatu pada istrinya. Di tengah perjalanan pulang, ia kembali mencoba menelpon istrinya beberapa kali. Tetap tidak ada jawaban. Setiba di rumah ia disambut dengan permohonan maaf sang istri berkali-kali.
“Maaf pah, maaf...mamah baru aja tiba dari Tanah Abang,” jelas istrinya sambil mencium tangan Mat Bulbit.
“Memangnya mamah nggak bawa HP apa?” tanya Mat Bulbit agak kesal. “
“Bawa pah, tapi mamah ke Tanah Abang naik motor. Jadi nggak sempat angkat telpon papah,” jawab sang istri.
“Memang mamah ke Tanah Abang jam berapa?” tanya Mat Bulbit lagi.
“Jam sepuluhan,” jawab sang istri.
“Lalu, kenapa mamah nggak jawab BBM dan SMS papah, padahal mamah belum berangkat ke Tanah Abang kan?”
“Nggak kedengaran pah, soalnya mamah waktu itu sedang di kamar mandi,” jawab istri Mat Bulbit.
Sejenak Mat Bulbit terdiam. Dia ingat pesan salah seorang ulama salafush shalih yang dibacanya dalam sebuah buku. Nasehatnya kira-kira seperti ini, “Bila pagi-pagi kuda tungganganmu meringkik marah dan tak mau engkau tunggangi, maka perhatikanlah dosa apa yang baru saja engkau perbuat?”
Mat Bulbit mengucap istighfar berkali-kali. Ia sadar karena tadi pagi telah berbuat dosa kepada temannya. Ia pun langsung menghubungi temannya dan meminta maaf karena tidak mengangkat telpon tadi pagi. Terima kasih ya Allah, Engkau telah mengajariku tentang kasih sayang. Mat Bulbit ingat pesan Rasulullah Saw., “Man laa yarham, laa yurham”. Siapa yang tidak menyayangi, maka ia tidak disayangi. Siapa yang tidak mau melayani, maka ia tidak akan dilayani. (Bekasi, September 2012).

0 comments:

Posting Komentar

 
Syamsu Hilal © 2011 | Dikunceni Kang Zack, Kunjungi Juga Suswono, Kementan dan Atang Trisnanto